Gue ketemu kak Ferry ketika ia diajak pemilik cafe untuk mampir ke Cafe tempat dimana gue kerja sekarang, Untuk berbagi ilmu ke waiter - waiter baru di sini. Dilihat dari caranya sharing, gue bisa liat kalo orang ini berkelas dan harus gue korek - korek, apa backgroundnya, basicnya apa, windowsnya apa.
Jadi setelah sharing session selesai, dan ada acara makan bareng. Itulah saatnya gue mengkorek. Gue biarkan dia menghabiskan makanannya sampai garnis di piringnya bersih. Macam setan yang sabar nunggu orang yang dihasut supaya mau nurutin perintahnya. Setelah itu, gue pun banyak bertanya. Banyak sekali. Tiga Kalimat.
Dan dari obrolan itu gue bisa menarik kesimpulan ternyata menjadi waiter pemula itu nggak kalah nyeremin dari pertama kali openmic. Butuh perisapan, dan butuh mental juga.
Lo harus siap untuk di protes, di maki, bahkan di siram lemon tea sama konsumen. Resiko kerja katanya.
Tapi konsisten yang membawa kak Ferry sampai ketitik ini. Gue selalu salut dengan orang seperti kak Ferry. Terlebih walaupun banyak yang bisa disombongkan, tapi orangnya nggak sombong. Paling dia cuma nunjikin semua penghargaan yang pernah dia dapet.
Ada lagi gue ketemu dengan seseorang yang lebih aneh. Malam itu dia sedang memfoto beberapa makanan yang ada di menu cafe. Dia dikelilingi oleh lighting camera dan banyak tisu bekas membersihkan kuah yang meluber atau tatanan saus yang kurang rapih. Dengan kamera 6D nya dia terus memfoto. Gue yang melihatnya dari kejauhan kemudian mendekat. Mendekat sampai celana kodoknya terlihat jelas bahwa itu warna biru muda,
" Lagi ngapain om ? " Basa basi gue.
Kemudian ia berhenti sejenak dari fokusnya ke kamera.
" Ini, lagi foto menu "
" Memang hobi atau bawaan dari kuliah om ? " Tanya gue sambil megang kamera kantor.
" Hmmm.... " Dia berfikir agak lama " Yah, hobi sambil kuliah lah " jawabnya sambil tersenyum ke gue.
Setelah pertanyaan itu, gue membantunya karena asistennya sedang nggak datang. Toh saat itu juga gue lagi nggak ada kerjaan deadline. Om Ade namanya, lumayan mudah untuk gue mengingat namanya. Tidak seperti om Ade yang kesulitan mengingat gue, beberapa kali dia memanggil gue Akbar, Ikrar, Fantar. Dan gue terus mengklarifikasi kalo nama gue Fajar.
Pemotretean pun selesai, setelah om Ade pamit, gue kembali ke kantor. Duduk kembali di depan leptop.
" Gimana jar ? " Tanya bos gue yang kemudian masuk ke kantor.
" Gimana apanya ? "
" Foto - foto tadi, mantep ga hasilnya ? "
:" Oh... Iya, mantep ... mantep... "
" Hahaha, mantep ya .. " Bos seperti mendukung " Tau nggak, pak Ade itu Presiden Lisensi Fotografer Palembang ".
" HAH ? "
" Iya, dan waktu saya kuliah fotografi di Bandung, dia dosennya ".
" APAAHHH ??! "
Gila, gue tensin setengah mati ! barusan gue ketemu Presiden Lisensi Fotografer Palembang dan gue cuma nanya " Memang hobi atau kuliah ? " BUSET !
Harusnya gue nanya lebih keren kayak " Bapak dulu kuliah lulusan mana ", " Bapak kerja dimana " atau " Bapak sehari foto berapa kali ?? ".
Salut dah, gue selalu salut sama orang - orang seperti mereka yang bisa banyak tapi nggak banyak cerita kecuali kita yang ngorek sendiri. Gue selalu pengen seperti mereka, menjadi orang yang banyak tau tapi nggak sok tau, banyak bisa tapi nggak sok bisa, banyak pengalaman dan nggak sombong dengan pengalamannya. Gue selalu pengen begitu.
Kalo ada kesempatan, gue bakal ngorek - ngorek om Ade.
Gue bakan tunggu kesempatan itu !
7 comments
Aku juga suka sama karakter orang yang seperti itu, nggak terlalu banyak bicara tapi banyak melakukan suatu hal yang positif seperti yang tadi mas sebut mas ferry dan pak ade, salut aku juga meskipun belum bertemu tapi membaca dari ceritanya juga tertarik
ReplyWaiter?
ReplyDi Abu Dhabi?
Keren banget...
gajinya berpa yaa kira-kira?
disana ngekos apa ngontrak yaa?
halah...
Wah salut ya sama orang kayak Kak Ade dan Pak Ferry. Bodoamat kebalik.
ReplyYang kayak gitu patut dijadihin contoh.
Hmm.. Masih mending salah nyebut namanya masih diseputaran nama cowok, Jar. Bukan Nadia, Icha, apalagi Dijjah Yellow. Kan kasian. Kemiripan.
Wah. Ini mungkin efek dari ilmu padi. Semakin tua semakin merunduk. Semakin banyak ilmu dan pengalaman semakin rendah hati.
Replyyaah, penting banget pertanyaannya, hahah
Replyuntungnya gitu, ribet juga selalu bilang " fajar om, bukan akbar "
Replysama ilmu dewa, semakin tua semakin motor ninja, hahah apaan sih
ReplyEfek sinetron anak jalanan
Post a Comment